Refleksi Diri Tentang Pemikiran Ki Hadjar Dewantara

 Konsep Trilogi Pendidikan Ki Hajar Dewantara yakni Ing Ngarso sung Tulodho (di depan menjadi teladan), Ing Madya Mangun Karsa (di tengah membangun motivasi) dan Tut Wuri Handayani (di belakang memberi dorongan) harus dimiliki oleh setiap tenaga pendidik guna menciptakan peserta didik yang berbudi pekerti, cerdas, serta mampu beradaptasi dengan perkembangan teknologi di era teknologi informasi ini. Dengan demikian, trilogi pendidikan tersebut hingga sekarang ini masih relevan dengan pendidikan di Indonesia.



Konsep Trilogi Pendidikan Ki Hajar Dewantara yang terdiri dari Ing Ngarso sung Tulodho (di depan menjadi teladan), Ing Madya Mangun Karsa (di tengah membangun motivasi), dan Tut Wuri Handayani (di belakang memberi dorongan) merupakan prinsip yang sangat penting dan harus dimiliki oleh setiap tenaga pendidik dalam konteks pendidikan di Indonesia. Trilogi ini tetap relevan dalam era teknologi informasi saat ini, karena memberikan landasan yang kuat untuk menciptakan peserta didik yang berbudi pekerti, cerdas, serta mampu beradaptasi dengan perkembangan teknologi.

Pertama, konsep Ing Ngarso sung Tulodho menekankan pentingnya peran pendidik sebagai teladan bagi peserta didik. Sebagai pendidik, penting untuk memperlihatkan sikap dan perilaku yang baik serta menjadi contoh yang positif bagi siswa. Dengan menunjukkan teladan yang baik, pendidik dapat menginspirasi dan membimbing peserta didik dalam pengembangan nilai-nilai moral dan etika yang kuat.

Kedua, konsep Ing Madya Mangun Karsa menekankan pentingnya membangun motivasi dan semangat belajar dalam diri peserta didik. Sebagai pendidik, tugasnya adalah membangkitkan minat dan antusiasme siswa terhadap pembelajaran. Dengan menciptakan lingkungan pembelajaran yang menarik, interaktif, dan relevan dengan kehidupan siswa, pendidik dapat mendorong siswa untuk aktif berpartisipasi dalam proses belajar-mengajar.

Ketiga, konsep Tut Wuri Handayani menekankan pentingnya memberikan dorongan, dukungan, dan bimbingan kepada peserta didik. Sebagai pendidik, peran ini melibatkan memberikan perhatian individu, mengakomodasi kebutuhan khusus siswa, dan mendukung perkembangan mereka secara holistik. Pendekatan pedagogis yang inklusif dan diferensiasi harus diterapkan untuk memastikan bahwa setiap siswa mendapatkan dukungan yang mereka butuhkan dalam mencapai potensi maksimal mereka.

Dalam era teknologi informasi yang terus berkembang, trilogi pendidikan Ki Hajar Dewantara ini masih relevan. Meskipun tantangan dan perubahan yang dihadapi oleh pendidikan terus berubah, nilai-nilai dasar trilogi pendidikan ini tetap menjadi landasan yang kuat dalam membentuk peserta didik yang memiliki moralitas, kecerdasan, dan kemampuan beradaptasi dengan perkembangan teknologi. Oleh karena itu, penting bagi setiap tenaga pendidik untuk memahami dan menerapkan konsep ini dalam praktik pendidikan sehari-hari guna menciptakan generasi yang berkualitas di masa depan.

1. Refleksi Kritis

Pendidikan dan pengajaran pada dasarnya adalah suatu hal yang berbeda, tetapi kedua hal tersebut juga tidak dapat terpisahkan satu sama lain, hal ini dikarenakan pengajaran merupakan bagian dari pendidikan itu sendiri.

Menurut Ki Hadjar Dewantara (KHD) "Pengajaran (onderwijs) adalah bagian dari Pendidikan". Pengajaran adalah sebuah proses pendidikan yang memberikan ilmu kepada anak untuk kecakapan hidupnya secara lahir dan batin. Sedangkan Pendidikan (opvoeding) itu sendiri adalah sebuah proses memberikan tuntunan terhadap segala kemampuan yang dimiliki oleh anak tersebut agar mampu mencapai sebuah keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya sebagai seorang manusia maupun sebagai seorang anggota masyarakat.

Selanjutnya menurut KHD, Peran seorang pendidik diibaratkan seorang Petani ataupun tukang kebun yang memiliki tugas untuk menjaga dan merawat tanaman- tanamannya agar tumbuh dan berkembang hingga berbuah dengan baik, akan tetapi perlu diingat bahwa setiap tumbuhan membutuhkan perlakukan perawatan yang berbeda-beda.

Sebagaimana analogi diatas, kita yang sebagai seorang pendidik perlu menyadari dan memperhatikan akan kebutuhan dan tata cara belajar bagi siswa yang berbeda- beda (berorientasi pada anak). Seorang pendidik haruslah dapat memberikan kebebasan kepada anak untuk menemukan ide, berfikir kreatif, meningkatkan bakat/ atensi siswa (merdeka belajar) dengan tetap dalam bimbingan seorang pendidik sebagai pemberi arah dan batasan dari hal-hal yang sekiranya melampaui batas dan dapat membahayakan diri siswa tersebut.

KHD pula menegaskan para pendidik untuk terbuka dan mengikuti perkembangan zaman yang mana saat ini terjadi begitu cepat, dengan tetap selektif akan hal-hal yang positif dan bermanfaat dalam Pendidikan serta tetap mengedepankan kearifan lokal sebagaimana di Indonesia jika diamati, memiliki potensi- potensi kultural yang bisa dijadikan selaku sumber belajar. Oleh sebab itu, isi dan irama yang dimaksudkan oleh KHD adalah muatan atau konten pengetahuan yang diadopsi sejatinya tidak bertentangan dengan nilai-nilai kemanusiaan dan konteks sosial budaya yang ada di Indonesia. Kekuatan sosial budaya Indonesia yang beragam dapat menjadi kekuatan kodrat alam dan zaman dalam mendidik.

Bila melihat dari kodrat zaman, pendidikan saat ini menekankan pada kemampuan anak untuk memiliki Keterampilan Abad 21 sedangkan dalam memaknai kodrat alam maka konteks lokal sosial budaya murid di Indonesia Barat tentu memiliki karakteristik yang berbeda dengan murid di Indonesia Tengah atau Indonesia Timur.

Pendidikan Menurut Ki Hajar Dewantara , budi pekerti atau karakter merupakan perpaduan antara gerak pikiran, perasaan dan kehendak atau kemauan sehingga menimbulkan tenaga. Budi pekerti juga dapat diartikan sebagai perpaduan antara Cipta (kognitif), Karsa (afektif) sehingga menciptakan Karya (psikomotor).

Lebih lanjut Ki Hadjar Dewantara menjelaskan, keluarga menjadi tempat yang utama dan paling baik untuk melatih pendidikan sosial dan karakter baik bagi seorang anak. Keluarga merupakan tempat bersemainya pendidikan yang sempurna bagi anak untuk melatih kecerdasan budi-pekerti. Keluarga juga merupakan sebuah ekosistem kecil untuk mempersiapkan hidup anak dalam bermasyarakat dibanding dengan institusi pendidikan lainnya.

2. Harapan dan Ekspresi

Setelah mempelajari Filosofis Pendidikan menurut Ki Hadjar Dewantara (KHD), terjadi perubahan yang signifikan dalam cara berpikir, sudut pandang dalam pengambilan keputusan, dan cara menghadapi kondisi serta permasalahan dalam dunia pendidikan. Konsep ini juga mempengaruhi cara komunikasi antara pendidik dan siswa.

Dalam penerapan konsep ini, harapannya adalah menciptakan lingkungan belajar yang memungkinkan para siswa untuk lebih terarah dalam proses pembelajaran. Mereka diajak untuk berpikir secara kritis, mengemukakan pendapat, dan bertindak sesuai dengan potensi yang dimiliki. Dalam lingkungan yang mendukung ini, potensi setiap murid dapat terasah dan berkembang dengan baik.

Dengan potensi yang berkembang dengan baik, murid akan menjadi pribadi yang mandiri dan bahagia. Mereka dilengkapi dengan kemampuan untuk beradaptasi dengan perubahan yang terjadi di dunia sekitar. Konsep ini memberikan landasan untuk mengembangkan keterampilan hidup yang diperlukan agar murid siap menghadapi dunia yang terus berubah dengan cepat.

Selain itu, konsep ini juga berpengaruh pada hubungan antara pendidik dan siswa. Dalam lingkungan yang didasarkan pada Filosofis Pendidikan KHD, hubungan antara pendidik dan siswa didorong oleh komunikasi yang baik. Pendekatan ini menciptakan iklim belajar yang inklusif, saling menghormati, dan terbuka untuk diskusi dan pemecahan masalah bersama. Komunikasi yang efektif antara pendidik dan siswa memungkinkan adanya pemahaman yang lebih dalam, pertumbuhan yang lebih baik, dan dukungan yang saling memperkuat dalam proses pembelajaran.

Dengan mengadopsi konsep ini dalam pendidikan, harapannya adalah menciptakan siswa yang lebih mandiri, bahagia, dan siap menghadapi dunia yang terus berubah. Mereka memiliki kemampuan untuk belajar, beradaptasi, dan berkontribusi secara aktif dalam masyarakat. Filosofis Pendidikan menurut KHD memberikan pedoman yang berharga bagi pendidik dalam mencapai tujuan ini.

Penulis
Ahmad Sodiqin, S.ST
Guru Penggerak Angkatan 7

Posting Komentar

0 Komentar